728x90 AdSpace

latest post
Wednesday, December 21, 2016

Sejarah Asal - Usul Perkembangan Reog Ponorogo Di Indonesia

Seputaran Ponorogo ~ Reog adalah warisan budaya Indonesia yang konon berasal dan berkembang di daerah Ponorogo pada zaman kerajaan dulu. Menurut cerita, Reog sendiri sudah mulai dikenal sejak tahun 1920an. Dan hingga sekarang Reog sendiri masih terus dibudayakan dan di jadian aset kesenian Indonesia.

Sejarah Reog Ponorogo


reog Ponorogo
Reog merupakan salah satu kesenian warisan leluhur yang sempat di claim oleh pemerintahan Malaysia

Seni REOG sendiri lahir dari lingkungan yang masih kental dengan unsur mistik dan kebatinan. Tak heran jika acap kali ada pertunjukan reog di kampung - kampung sekitaran daerah Ponorogo masih kerap diadakan ritual - ritual mistis guna meminta izin untuk keberlangsungan acara tersebut.

Kembali pada Sejarah Reog, sebenarnya belum diketahui secara pasti kapan kesenian ini muncul dan berkembang, namun dalam beberapa bukti yang ditemukan, kesenian ini sudah mulai dikenal sejak tahun 1920 an pada era kerajaan Majapahit.

Kehadiran Reog sebagai warisan budaya Indonesia ini mempunyai cerita dan sejarah yang panjang. Bahkan ada beberapa versi tentang kesenian khas daerah Ponorogo ini. Cerita yang paling terkenal dari Sejarah Reog ini adalah tentang pemberotakan Ki Ageng Kutu yang tidak lain merupakan seorang abdi kerajaan ketika masa Bhre Kertabumi ( raja kerajaan Majapahit yang terakhir ) berkuasa pada abad 15. Dalam sejarah itu dicertitakan jika Ki Ageng Kutu marah besar karena pengaruh yang kuat dari pihak istri raja kerajaan Majapahit yang asalnya dari China. Selain itu, kemarahannya juga disebabkan karena rajanya sendiri sering melakukan korupsi ketika menjalankan pemerintahannya. Secara tegas ia dapat memastikan bahwa kekuasaan dari Kerajaan Majapahit akan segera berakhir jika masih dalam diplomatika seperti itu secara berkelanjutan.

Karena melihata suasana dari Kerajaan majapahit saat itu telah dikacaukan oleh penjilat dan korupsi. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari Istana Kerajaan, meninggalkan sang raja dan mendirikan sebuah perguruan dimana ia sendiri menjadi gurunya. Dalam perguruan yang didirikan tersebut, ia mengajarkan beberapa ilmu tentang kekebalan diri, bela diri anak - anak muda serta ilmu kesempurnaan hidup yang mana dari ajaran yang ia ajarkan itu Ki Ageng Kutu menaruh harapan bahwa inilah calon bibit - bibit kebangkitan kerajaan Majapahit yang mulai runtuh.

Mungkin sadar jika pasukannya masih terlalu lemah dan kecil untuk diadu melawan pasukan Kerajaan. Maka, pesan politis dari Ki Ageng Kutu ini hanya disampaikan melalui pertunjukan Seni Reog Ponorogo. Hal ini juga diartikan sebagai “sindiran” kepda raja Kertabumi serta kerajaannya. Dari pagelaran Reog ini, ia jadikan cara dan strategi untuk membangun perlawanan masyarakat lokal dengan menggunakan kepopuleran Reog. Dalam pertunjukan Reog, sengaja ditampilkan topeng dengan bentuk kepala singa atau yang biasa dikenal sebagai “Singo Barong” sang raja hutan sebagai simbol untuk raja Kertabumi. Pada bagian atas ditancapkan bulu - bulu yang menjuntai hingga menyerupai sebuah kipas raksasa sebagai simol dari pengaruh kuat dari para rekan Cinanya, serta mengatur atas segala gerak - gerik yang dilakukannya.

Selain itu ada juga jathilan yang merupakan pasukan dengan menunggangi kuda - kudaan yang menyimbolkan dari kekuatan pasukan dari kerajaan Majapahit, dimana menjadi perbandingan yang sangat kontras antar kekuatan warok. Sedangkan yang berada di balik topeng badut berwarna merah menyimbolkan Ki Ageng Kutu, sendirian serta menopang berat topeng singobarong yang beratnya bisa mencapai lebih dari 50 Kg dan hanya diangkat dengan mengandalkan kekuatan giginya. Kepopuleran dari Reg yang diajarkan Ki Ageng Kutu ini akhirnya menyebabkan Brhe Kertabumi menjadi murka sehingga mengambil tindakan dengan menyerang perguruan Ki Ageng Kutu. Tapi tidak berlangsung lama, sang warok dengan sigap dan cepat berhasil meleraikan penyerangan dan menyebabkan perguruan dilarang melanjutkan pengajarannya akan warok.

Tidak cukup sampai disitu, ternyata murid - murid Ki Ageng Kutu ini masih melanjutkan ajaran dari Reog ini secara diam - diam. Meski begitu, kesenian Reog dengan sendirinya masih diperbolehkan untuk acara pementasan, karena kesenian ini telah menjadi pertunjukan yang sudah melekat dan populer dikalangan masyarakat di masa itu. Namun seiring perkembangan zaman , jalan cerita dari kesenian ini banyak ditambahkan dengan karakter - karakter yang dimiliki dari cerita di daerah Ponorogo, seperti Dewi Songgolangit, Kelono Sewandono, serta Sri Genthayu. Hingga saat ini, masyarakat Ponorogo masih melestarikan budaya ini dan hanya mengikuti apa yang telah menjadi jalan dari warisan leluhur ini.


Cerita Tentang Warok

warok ponoroog
warok adalah salah satu sesepuh dalam cerita masyarakat
Dalam pagelaran Reog sendiri terdapat nama Warok yang tidak lain merupakan sesepuh di masyarakat yang mempunyai kedekatan dengan dunia spiritual. Sehingga seorang warok sering dimintai nasehat atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut "Reh Kamusankan Sejati", atau jalan kemanusiaan yang sejati.

Dalam pagelaran Reog yang sudah dikemas dalam bentuk kesenian, warok sendiri masih disimbolkan dengan pasukan yang bersandarkan pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kebatilan. Warok ada dua, yaitu warok tua dan warok muda. Warok tua adalah orang yang menjadi tokoh pengayom, sedangkan warok muda warok yang masih dalam tahap menuntut ilmu.



Hingga saat ini, warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan cerita buruk tentang kehidupan warok tidak jarang terdengan dikalangan masyarakat. Warok sendiri identik dengan pakaian yang serba hitam, memakai kolor, memiliki kesaktian serta gemblakan sebagai pendamping. Di Ponorogo ada seorang warok yang sangat terkenal yaitu warok Kasni Gunopati atau yang akrab dikenal sebagai Mbah Wo Kucing, sebenarnya warok sendiri bukanlah orang yang takabur akan kekuatannya. Akan tetapi warok sendiri memiliki tekad suci yang siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.



Dalam bahasa daerah warok sendiri berasal dari kata mewarah, yang beartikan mengajarkan. Jadi warok adalah wong kang sugih wewarah atau orang yang kaya ilmu untuk diajarkan. Artinya soerang warok sendiri harus mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik. “Warok iku wong kang wus purna saka sakabehinf laku, lan wus manep ing rasa”,( warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin ).



Untuk menjadi seorang warok pun tak semua orang bisa menjalankannya, karena seorang warok harus memiliki hati yang bersih pikiran bahkan ada syarat - syarat tertentu yang harus dijalani, seprti seorang warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus juga yang paling berat seorang warok harus bisa menahan nafsu untuk tidak bersetubuh dengan perempuan. Persyaratan lain yang harus dipersiapkan selain itu adalah calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kebatinan dan ilmu kanuragan guna menyempurnakan ajiannya. Setelah dinyatakan lulus dengan ilmu yang dikuasainya kemudia ia akan dikukuhkan menjadi soerang warok sejati. Kemudia ia akan diberi sebiah senjata wasiat berupa tali kolor, tali panjang berwarna putih yang menjadi senjata andalan para warok. Namun seiring terkikisnya budaya leluhur berupa ilmu kanuragan, Warok sejati pada masa sekarang sudah menjadi legenda yang tersisa dan di beberapa daerah sekelompok warok juga masih ada dan tetap memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai sesepuh dan sering dimintai pendapat bahkan tak jarang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.


Gemblakan

gemblak
gemblak
Gemblakan sendiri sangat erat hubungannya bagi seorang warok. Soerang warok pada zaman dahulu sangat mengidam - idamkan seorang gemblak untuk diasuhnya. Bahkan tak jarang soerang warok bisa menyayangi gemblakannya melebihi soerang anak bahkan istrinya sendiri. Bercerita tentang gemblak, siapakah sosok dibalik seorang yang sangat diidam - idamkan seorang warok.


Gemblak adalah pemuda berparas tampan yang berusia sekitar 12 - 15 tahun, selain itu seorang gemblak memiliki wajah yang bersih kulit yang terawat dipelihara sebagai kelanggengan. Tak heran jika seorang gemblak lebih disayang oleg warok bahkan sampai melebihi istrinya sendiri.


Dalam beberapa cerita konon seorang warok sampai beradukesaktian demi memperebutkan gemblakkan yang di idamkannya, selain itu juga terjadi pinjam meminjam gemblakan. Namun dalam kasus pinjam meminjam ini sang warok mengnakan tarif yang cukup mahal untuk seorang gemblak. Bagaimana tidak, bagi gemblak yang bersekolah sang peminjam harus bersedia menyekolahkan gemblak tersebut sampai ke jenjang tertentu di samping tempat tinggal dan makan setiap harinya. Namun bagi gemblak yang tidak bersekolah, sang peminjam harus bersedia membayar seekor sapi untuk bisa meminjam dan membawa pulang gemblak idamannya setiap tahunnya.


Pada ajaran yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh apabila seorang warok rela tidak melakukan hbungan sexsual dengan perempuan, karena menurut cerita yang ada, dipercaya jika seorang warok mengumbar hawa nafsu atau melakukan hubungan sexsual bahkan dengan istrinya sekaligus dapat melunturkan kekuatan yang ia miliki. Maka dari itu dengan memelihara atau mempunyai seorang gemblak merupakan alternatif lain bagi seorang warok. Saling mengasihi, menyayangi, dan berusaha saling menyenangkan adalah ciri khusus yang dimiliki antara warok dan gemblak. Dalam kashus yang terjadi antara warok dan gemblak ini dapat diidentifikasi sebagai praktik homo seksual, karena warok sendiri yang tidak boleh mengumbar nafsu kepada perempuan.


Jika dilihat pada era moderen seperti sekarang, seorang yang memlihara gemblak dapat dikatakan sudah luntur keberadaannya. Bahkan dulu gemblak yang diperankan oleh soerang remaja putra, kini beralih menjadi remaja putri yang memiliki paras nan elok rupawan yang dapat membius para penikmat kesenian Reog ini. Padahal pada asal usulnya dulu kesenian Reog semua anggotanya adalah kaum hawa.



Perkembangan REOG Jaman Sekarang

Seiring perkembangan zaman, kesenian REOG sendiri sudah banyak mendapt polesan - polesan pada perkembangan tarian ini. Seperti yang sering kita jumpai pasa festifal - festival sudah kita dapati alur cerita, urut - urutan saiapa yang tampil lebih dahulu, yaitu warok kemudian jathilan ada Bujangganong, Klono Sewandono, dan terakhir Dadak Merak sendiri pada akhir sesi. Pada saat salah satu unsur tersebut beraksi tak ketinggalan unsur lain juga ikut mengiringi walaupun hanya bergerak dan menari meski tidak menonjol sebagaimana sesi unsur tersebut.



Bahkan beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog nusantara tang beranggitakan atas grup - grup Reog dari berbagai daerah di Nusantara yang pernah ikut serta dalam Festival Reog Nasional ( FRN ) . Dan hingga kini Rog Ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam gerakkannya.





Sumber referensi : artikel tentang kesenian REOG Ponorogo


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

2 komentar:

  1. keren om nambah wawasan

    Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Apakah Anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website kami http://kbagi.com/ untuk info selengkapnya.
    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete
  2. https://heri-sugianto.blogspot.com/2015/12/kakek-tua-di-emperan-toko.html?showComment=1573170997957#c4104759770678238378

    ReplyDelete

Item Reviewed: Sejarah Asal - Usul Perkembangan Reog Ponorogo Di Indonesia Rating: 5 Reviewed By: Unknown