728x90 AdSpace

latest post
Sunday, December 11, 2016

Napak Tilas Menapaki Pesarean ( Astana ) Srandil


Seputara Ponorogo,- Salah satu yang menarik di Ponorogo yang akan kita bahas kali ini adalah sebuah makan atau pesarean yang terletak di puncak sebuah bukit. Pesarean ini terletak di Desa Srandil, Kecamatan Jambon, atau tepatnya 11 KM ke barat dari pusat kota Ponorogo sendiri. Yang terkenal dengan Astana ( pesarean ) Srandil.

pesarean Srandil
Posona wisata religi Astana Srandil

Itulah yang menjadikan bukit ini terkenal, yaitu dengan adanya sebuah makam yang terdapat di puncak bukit. Keunikan dari makam ini sendiri salah satunya letak. Terletak pada lokasi goegrafis yang terdapat di puncak sebuah bukit bernama Bukit Srayu berartikan “ Sugeng Rahayu “ atau bukit pembawa keselamatan.


Desain dari pemakaman ini secara arsitektur masih bercirikan arsitek lama seperti pintu gerbangnya yang mirip candi dan bentuk pemakaman ini yang berbentuk tradisional Jawa ( limas ). Dan jika dilihat dari tata letaknya, pesarean Srandil terletak diareal perbukitan yang menganut pola pembagian pelataran yang dibagi menjadi tiga halaman.


Halaman pertama pada makan ini terletak di luar gedung, sedangkan halaman kedua dan ketiga berada di dalam gedung. Pola pembagian ini merupakan salah satu tradisi atau budaya Indonesia yang menyerupai punden berundak. Punden Beundak sendiri merupakan tempat pemujaan terghadap roh nenek moyang yang berbentuk piramida berteras. Dimana bagian belakang lebih tingi dari bagian depannya.


Pada umumnya dalam penataan seperti ini yang menduduki bagian belakang merupakan sebuah makan yang paling dikeramatkan atau makam seorang tokoh penting dalam daerah tersebut. Hal ini terbukti dalam situs Astana Srandil ini dimana selain terdapat makam Raden Mertokusumo yang tidak lain sebagai cikal bakal Pesarean Srandil, dibagian belakang makam iin juga terdapat dua makam Bupati Sumoroto yaitu, Raden Mas Brotodirjo ( Bipati Sumoroto III ) dan Raden Mas Adipati Brotodiningrat ( Bupati Sumoroto IV ). Sedangkan Bupati Sumoroto yang pertama yaitu Raden Mas Tumenggung Prawiradirja terletak di Pesarean Setono Ponorogo dan Bupati Sumoroto yang kedua Raden Mas Tumenggung Sumonagoro terletak di Ampelgading Surabaya,


Menurut cerita, tokoh pertama yang dimakamkan dan yang menjadi cikal bakal berdirinya pesarean ini yaitu Raden Mertukusumo yang tidak lain adalah Patih dari Kabupaten Polorejo pendukung Pangeran Diponegoro ketika melawan penjajah Belanda.



Dalam carita itu dikisahkan bahwa, setelah Raden Mas Tumenggung Brotonegoro ( Bupati Polorejo ) gugur dalam melawan penjajah Belanda, Patihnya yang bernama Raden Dipotaruno berhasil meloloskan diri ke salah satu Desa ( yang sekarang dikenala dengan Desa Srandil ) dan bersembunyi di Goa Batu yang ada di bukit Ngrayu. Selama beberapa waktu setelah sekiranya situasi mulai aman, baliau pun mencoba memberanikan diri mencoba keluar dari tempat persembunyiannya. Dan sejak saat itu demi menghindari pengejaran dari prajurit Belanda, beliau diperkirakan juga berganti nama menjadi Raden Mertukusumo. Hingga saat ini pun nama Raden Mertukusumo lebih dikenal oleh masyarakat Srandil dari pada Raden Dipotaruno.


Setelah kejadian itu, Raden Mertukusumo menjadi sesepuh dan panutan masyarakat Srandil bersama Kyai Mohibat, putra Kyai Kasan Yahya dari Tegalsari yang menjadi tokoh pertama pembabat Desa Srandil. Dan kedua tokoh tersebut sampai sekarang masih dihormati oleh masyarakat Srandil.

Hingga sebelum Raden Mertokusumo meninggal dunia, beliau berpesan kepada masyarakat Srandil agar kelak jika beliau meninggal dunia, jenazahnya dimakamkan di Bukit Srayu. Karena ia beranggapan atas pertolongan Allah, di bukit itu beliau berhasil diselamatkan dari kejaran prajurit Belanda.



Sekitar tahun 1830-an ketika Kabupaten Sumoroto masih diperintah oleh Raden Mas Tumenggung Sumonagoro ( Bupati Sumoroto II ), beliau sempat mengajukan permohonan kepada Raja Surakarta Sunan Pakubuwono IV agar Desa Srandil yang memiliki luas sekitar 70 Hektar ini dijadikan daerah Perdikan ( bebas pajak ) untuk menjaga dan memelihara pesarean Srandil dan sekaligus dijadikan pemakaman para keturunan Bupati Sumoroto. Hingga akhirnya permohonan tersebut dikabulkan oleh Sunan Pakubuwono IV.



Dan sejak pengajuan itu, mungkin pembuatan pagar keliling makam yang berukuran 24m x 24m ini sudah dimulai paa masa pemerintahan Raden Mas Tumenggung Sumonagoro, yang kemudian disempurnakan pada tahun 1931 sesuai petunjuk yang tertera pada papan nama yang terdapat pada pesarean Srandil.


Namun jika dibandingkan dengan makam - makam Islam yang lain yang ada di Nusantara, makan Srandil termasuk pemakaman yang digolongkan masih relatif muda usianya. Karana dibangun pada abad ke-19. Akan tetapi ciri khas dari “makam Islam Nusantara” masih tetap melakat pada arsitek bangunannya,
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Napak Tilas Menapaki Pesarean ( Astana ) Srandil Rating: 5 Reviewed By: Unknown